Emas kembali melemah pada perdagangan
awal November, dan berada pada level terendah dalam empat tahun
terakhir. Berakhirnya stimulus moneter dan optimisme Federal Reserve
terhadap ekonomi AS membuat dollar rally yang memberikan tekanan bagi emas. Sementara pengucuran stimulus moneter tambahan dari Bank of Japan membuat risk appetite investor meningkat dan meninggalkan emas yang dianggap sebagai safe haven.
The Fed dalam rapat kebijakan moneter
pekan lalu memutuskan untuk mengakhiri program pembelian obligasi per
bulan atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE), dan
memberikan sinyal optimis ke pasar bahwa bank sentral AS tersebut tidak
terlalu khawatir dengan pelambatan ekonomi global, inflasi yang rendah
dan gejolak pasar keuangan. Fed juga menambahkan jika perekonomian AS
terus meningkat lebih cepat dari ekspetasi maka kenaikan suku bunga
pertama dapat terjadi lebih cepat dari yang diharapkan.
Risk appetite investor meningkat
setelah BOJ pada pekan lalu menaikkan monetary base menjadi 80 triliun
yen per tahun, dari sebelumnya 60 triliun - 70 triliun yen, membuat
bursa global rally. Tidak cukup sampai disitu, Government Pension
Investment Fund Jepang kemudian mengatakan akan menambah kepemilikan
saham domestik maupun asing, dua kali lipat dari sebelumnya, dan
berinvestasi di aset alternatif, membuat indeks Dow Jones dan S&P
500 mencatat rekor penutupan tertinggi pada hari Jumat, yang semakin
menenggelamkan harga emas.
Emas diperdagangkan pada kisaran
$1.167,88 per troy ons pada pukul 11.00 WIB, setelah sempat menyentuh
level terendah harian $1.161,51 dan tertinggi $1.169,92 (platform Monex
Trader). (pap)
0 komentar:
Posting Komentar