Senin, 03 November 2014

Emas kembali melemah pada perdagangan awal November, dan berada pada level terendah dalam empat tahun terakhir. Berakhirnya stimulus moneter dan optimisme Federal Reserve terhadap ekonomi AS membuat dollar rally yang memberikan tekanan bagi emas. Sementara pengucuran stimulus moneter tambahan dari Bank of Japan membuat risk appetite investor meningkat dan meninggalkan emas yang dianggap sebagai safe haven.
The Fed dalam rapat kebijakan moneter pekan lalu memutuskan untuk mengakhiri program pembelian obligasi per bulan atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE), dan memberikan sinyal optimis ke pasar bahwa bank sentral AS tersebut tidak terlalu khawatir dengan pelambatan ekonomi global, inflasi yang rendah dan gejolak pasar keuangan. Fed juga menambahkan jika perekonomian AS terus meningkat lebih cepat dari ekspetasi maka kenaikan suku bunga pertama dapat terjadi lebih cepat dari yang diharapkan.
Risk appetite investor meningkat setelah BOJ pada pekan lalu menaikkan monetary base menjadi 80 triliun yen per tahun, dari sebelumnya 60 triliun - 70 triliun yen, membuat bursa global rally. Tidak cukup sampai disitu, Government Pension Investment Fund Jepang kemudian mengatakan akan menambah kepemilikan saham domestik maupun asing, dua kali lipat dari sebelumnya, dan berinvestasi di aset alternatif, membuat indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat rekor penutupan tertinggi pada hari Jumat, yang semakin menenggelamkan harga emas.
Emas diperdagangkan pada kisaran $1.167,88 per troy ons pada pukul 11.00 WIB, setelah sempat menyentuh level terendah harian $1.161,51 dan tertinggi $1.169,92 (platform Monex Trader). (pap)

0 komentar:

Posting Komentar