Inflasi Jepang melambat ke laju terendah dalam setengah tahun, menggarisbawahi tantangan untuk kepala bank sentral Haruhiko Kuroda dalam upayanya untuk meningkatkan ekonomi Jepang.
Harga konsumen yang tidak termasuk makanan segar naik sebesar 3.0% di bulan September dari setahun yang lalu, di laporkan oleh biro statistik pada hari ini di Tokyo, hasil tersebut sesuai dengan estimasi median dalam survei Bloomberg. Di lucuti oleh dampak dari kenaikan pajak di bulan April, inflasi inti, yang merupakan ukuran kunci dari Bank of Japan, sebesar 1.0%.
Kenaikan harga yang lemah telah berikan pukulan kepada Kuroda, yang menargetkan inflasi sebesar 2% dan pada bulan Juli lalu yang mengatakan bahwa tidak mungkin bahwa bank akan mengukur indeks harga di bawah 1%. BOJ di perkirakan akan mempertahankan pelonggaran moneternya pada hari ini, walaupun harga minyak turun dan para anggota dewan mempertimbangkan bahasa yang moderat pada outlook harga konsumen.
"Inflasi berjalan lebih lambat, turunnya harga minyak, stagnannya ekonomi dan memudarnya dampak dari pelemahan yen semuanya menunjukkan mengapa harga konsumen berada di bawah 1%," kata Naoki Lizuka, seorang ekonom di Citigroup Inc., di Tokyo. "Ekonomi Jepang tidak akan kolaps namun data hari ini menunjukkan bahwa pemulihan akan menjadi tidak menentu bahkan dari Oktober sampai Desember nanti."
Sebanyak 32 ekonom yang di survei oleh Bloomberg melihat BOJ akan mempertahankan kebijakan tidak berubah pda hari ini. Sebanyak tujuh belas analis perkirakan bahwa bank akan tambah stimulus sebelum April tahun depan, dua tahun sejak Kuroda memulai program stimulus yang saat ini di jalankan.
Lizuka mengatakan bahwa BOJ kemungkina akan menambah stimulus di bulan Januari.
(fsyl)
0 komentar:
Posting Komentar