Rasio Fibonacci cukup populer di dunia trading. Angka-angka yang dihasilkan dari perhitungan rasio ini bisa membantu Anda dalam menentukan level entry dan exit.
Rasio Fibonacci pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli matematika abad pertengahan asal Italia. Namanya Leonardo Fibonacci yang berasal dari kota Pisa. Ia memperkenalkan deret angka yang rasionya terdapat dalam proporsi bentuk-bentuk di alam. Deret angka tersebut juga ia libatkan dalam perhitungan perkembangbiakan kelinci dalam situasi yang ideal. Di kemudian hari, deret ini dikenal dengan deret Fibonacci atau angka Fibonacci.
Deret tersebut adalah: 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89,… dan seterusnya.
13 : 21 = 0.619 34 : 21 = 1.619
21 : 34 = 0.618 55 : 34 = 1.618
34 : 55 = 0.618 89 : 55 = 1.618
55 : 89 = 0.618 144 : 89 = 1.618
89 : 144 = 0.618... dst 233 : 144 = 1.618
Dari deret tersebutlah ditemukan ada rasio yang paling ditemui di setiap bentuk benda di alam ini, yaitu kira-kira 1 : 1.618 atau 0.618 : 1. Rasio ini yang kemudian disebut sebagai “golden ratio”.
Penerapan Dalam Trading: Fibonacci Retracement
Tenang, Anda sama sekali tidak perlu
menghitung rasio Fibonacci dalam praktek trading. Platform trading yang
kita pakai (Metatrader) telah menyediakan tool yang sangat membantu kita
untuk mengaplikasikan ilmu warisan Fibonacci ini secara instan. Nama
tool tersebut adalah Fibonacci retracement.
Para trader menggunakan level-level yang
diberikan oleh Fibonacci retracement untuk membantu menentukan kisaran
area yang potensial sebagai support dan resistance. Alat ini bisa
dimanfaatkan dengan baik pada saat pasar sedang dalam keadaan
“trending”, baik itu saat up trend maupun down trend, namun kurang
efektif jika diterapkan pada saat pasar dalam kondisi sideways. Konsep
dasar penggunaan Fibonacci retracement adalah mencari peluang buy ketika
harga berada di kisaran support. Sebaliknya, Anda bisa mencari peluang
sell ketika harga berada di kisaran resistance yang diperoleh dari
Fibonacci retracement.
Untuk bisa menemukan level-level
retracement, Anda harus terlebih dahulu menemukan titik-titik tertinggi
dan terendah yang signifikan. Titik-titik tersebut kita sebut sebagai
“swing high” dan “swing low”.
Pada pergerakan di saat up trend, yang
Anda lakukan adalah menarik Fibonacci retracement dari swing low ke
swing high seperti yang terlihat dalam gambar di samping ni.
Sebaliknya, pada pergerakan di saat down trend, yang Anda lakukan adalah
menarik Fibonacci retracement dari swing high ke swing low seperti yang
terlihat dalam gambar di samping ini.
Terlihat dalam kedua gambar di atas
bahwa level-level Fibonacci yang kita gunakan dalam trading adalah level
0.0%, 23.6%, 38.2%, 50.0%, 61.8%, 76.4% dan 100.0%. Level-level itulah
yang dijadikan sebagai acuan atau referensi untuk menentukan area
support dan resistance.
Dengan menggunakan Fibonacci retracement
ini, Anda juga dapat mengambil beberapa level untuk Anda jadikan area
referensi yang akan berguna untuk menentukan level entry. Level-level
yang populer adalah 38.2%, 50.0% dan 61.8%. Di kisaran level-level
tersebut seringkali muncul sinyal buy atau sell yang akurasinya cukup
tinggi.
Level-level Fibonacci retracement sebenarnya adalah level-level support dan resistance. Jadi, area
referensi untuk mencari sinyal sell sebenarnya adalah area resistance.
Dengan demikian, area referensi untuk mencari sinyal buy sebenarnya
adalah area support.
Strateginya mirip dengan bounce trading.
Anda menunggu pullback hingga ke area referensi dan mencari apakah ada
konfirmasi sinyal buy atau sell. Namun karena Anda belum mempelajari
sinyal buy maupun sell, untuk sementara Anda menggunakan Fibonacci
retracement saja dulu. Ketika pergerakan harga tertahan di area
referensi tersebut, maka Anda bisa mencoba untuk melakukan sell atau
buy.
Sekarang, mari kita lihat aplikasinya pada grafik pergerakan harga.
Strategi Buy
Seperti yang sudah dijelaskan, Anda bisa
memanfaatkan area referensi Fibonacci untuk mencari level buy. Tentu
saja hal ini Anda lakukan pada saat up trend. Di bawah ini ada contoh
grafik berdasarkan pergerakan GBP/USD pada sekitar tanggal 3 November
2011 hingga 8 November 2011. Anda akan mempelajari praktek strategi buy
dengan menggunakan area referensi berdasarkan Fibonacci retracement.
Dalam contoh di atas Anda telah
menggambar Fibonacci retracement dengan acuan swing low di 1.59445
(100.0%) dan swing high di 1.60630 (0.0%). Area yang berwarna kuning itu
adalah area referensi Anda, di mana Anda akan mencoba mencari
konfirmasi pantulan yang merupakan sinyal buy bagi Anda. Di dalam area
referensi itu ada tiga level retracement, yaitu: 1.60177 (38.2%),
1.60038 (50.0%) dan 1.59898 (61.8%). Ketiga level ini merupakan support.
Anda menunggu sampai harga masuk ke area
referensi itu. Level terbaik untuk Buy adalah di sekitar 61.8%, namun
ada kalanya Anda juga mendapatkan konfirmasi pantulan di sekitar 50.0%.
Nah, sekarang Anda bisa melihat bahwa
harga berkali-kali mencoba menembus level 1.59898 (61.8%). Terlihat
level tersebut “diuji” hingga empat kali, namun selalu candlestick
ditutup di atas 1.59898. Ini merupakan pertanda bahwa support itu kuat
dan inilah saatnya Anda melakukan buy, di sekitar 1.60038. Targetnya
adalah level 1.60630 (0.0%), sementara antisipasinya berada di exit
point (1) atau exit point (2). Jadi kalau harga ternyata malah turun,
Anda akan lepas posisi buy Anda di salah satu dari kedua level tersebut.
Mengapa harus ada exit point? Untuk antisipasi jika ternyata pasar berkehendak lain, yang berlawanan dengan perkiraan Anda.
INGAT SELALU BAHWA TIDAK ADA ANALISIS TEKNIKAL YANG 100% BENAR. ANALISIS TEKNIKAL HANYA MEMBANTU ANDA UNTUK MENDEKATI KEBENARAN.
Mengapa ada dua exit point? Karena
seringkali tembusnya level 76.4% merupakan indikasi awal bahwa arah tren
akan berubah, sehingga banyak trader yang memilih untuk “bermain aman”
dengan melepas posisi mereka setelah level tersebut tembus (break).
Namun konfirmasi perubahan arah tren (reversal) sebenarnya adalah level
100.0%, sehingga para trader yang lebih “berani” memilih tembusnya level
tersebut sebagai exit point mereka. Jadi, ini lebih kepada gaya trading
dan mungkin juga kekuatan modal.
Oke kita lihat sekarang apa yang terjadi pada GBP/USD setelah Anda melakukan buy.
Strategi Sell
Strategi ini sebenarnya hanya merupakan
kebalikan dari strategi buy. Kalau strategi buy dilakukan pada saat up
trend, maka strategi sell ini dilaksakanan pada saat down trend.
Di bawah ini adalah grafik pergerakan EUR/USD.
Pada saat ini Anda menunggu terjadi pullback ke area referensi sell yang berada di kisaran antara 1.37461 (38.2%) hingga 1.38995 (61.8%). Di tengah-tengah ada level 50.0% yang berada di level 1.38228. Ketiga level ini adalah level resistance dan area referensi Anda itu sebenarnya adalah area resistance.
Nah, sekarang pullback telah terjadi dan
Anda bisa melihat bahwa harga telah berada di dalam area referensi.
Perhatikan bahwa harga tidak mampu menembus ke atas level 1.38995
(61.8%), bahkan malah turun dan tembus ke bawah 1.38228 (50.0%). Inilah
sinyal bahwa Anda boleh melakukan sell dengan target di level 1.34980
(0.0%). Jangan lupa, antisipasinya adalah di exit point (1) atau (2),
seandainya ternyata perkiraan Anda salah.
Sekarang, mari kita lihat apa yang terjadi selanjutnya….
Dalam menerapkan Fibonacci retracement ini, kebanyakan trader melakukan
kesalahan dalam menentukan swing high dan swing low. Maka dari itu,
diperlukan pengamatan yang jeli dan latihan untuk mengasah ketajaman
Anda mengenali swing high dan swing low. Juga, kesabaran untuk menanti
konfirmasi di area referensi mutlak diperlukan untuk bisa mempraktekkan
teori ini dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar